-->

Wali Kota Wanita di Afghanistan Bertahan: Saya Tidak Khawatir Tapi Saya Menunggu Dibunuh Taliban

Walikota perempuan di Maidan Shar Afghanistan Zarifa Ghafari. (Facebook/Zarifa.Ghafari)

TimesAble- 
Di Usianya yang masih muda yaitu 29 tahun, Walikota perempuan di Afghanistan ini merupakan wanita yang tangguh. Pengalaman hidupnya yang membuat kita terenyuh. Bagaimana tidak? Dia enggan meninggalkan Negaranya karena merasa tanggung jawabnya sebagai seorang walikota disana.

The Sydney Morning Herald melaporkan, wanita yang hampir genap 30 tahun ini adalah salah satu wali kota perempuan pertama di Afghanistan, ia memimpin di kota konservatif Maidan Shar.

Dilansir dari suara.com Ayahnya, Jenderal Abdul Wasi Ghafari ditembak mati di depan rumahnya beberapa hari setelah Taliban gagal mengeksekusi dirinya pada bulan November.

Menurut Ghafari, Taliban membunuh ayahnya karena bekerja untuk pemerintah Afghanistan. Statusnya sebagai ayah seorang wali kota wanita membuat hidup pria ini semakin pendek.

"Mereka membunuhnya hanya karena dia adalah ayahku – ayah dari seorang gadis yang berjuang untuk bangsanya, untuk negara ini,” ujarnya.

Sebelum Taliban membabi buta, Zarifa Ghafari adalah seorang wanita biasa yang sedang menyiapkan pernikahannya. Adik perempuannya baru wisuda dan semuanya berjalan normal hingga tiba-tiba Taliban menghancurkan segalanya.

Pada hari Minggu, ketika pasukan Taliban tiba di gerbang kota, dia mengatakan kepada jurnalis Sunday Independent.

“Saya duduk di sini menunggu mereka datang. Tidak ada yang membantu saya atau keluarga saya. Mereka akan datang untuk orang-orang seperti saya dan membunuh saya.”

Ghafari sangat menyayangkan 20 tahun perjuangan rakyat Afghanistan hancur dalam sekejap.

"Itu datang dengan pengorbanan yang besar, besar, besar. Kami membayar harga dengan kerja keras, kami mendapatkannya dengan darah kami."

Ia menyebut ini bukan tentang hak perempuan, bukan hanya hak asasi manusia, bukan hanya pendidikan dan kemajuan, tapi tentang kehidupan yang telah dikorbankan untuk kemajuan yang dibuat dalam 20 tahun.

Ghafari juga mengatakan semua orang tak siap dengan jatuhnya Kabul secara tiba-tiba. "Kami tidak pernah mengharapkan komunitas internasional melakukan ini pada kami".

“Taliban ada di sekitar kota. Mereka membunuh orang, mereka menghancurkan tempat. Kami semua takut. Ibuku takut. Jika aku mati, apa yang akan terjadi pada keluargaku, tunanganku? Adikku, dia hanya menangis dan memintaku, 'tolong kakak, pergi jika kamu bisa'.”

“Oke, mereka bisa menyelamatkan satu Zarifa, tapi apa yang akan terjadi pada jutaan dan jutaan Zarifa di seluruh negeri? Apa jadinya mimpi mereka, apa jadinya kalau mereka tidak bisa lagi sekolah, ke universitas.”

"Bagaimana jika mereka tidak bisa hidup bebas sebagai manusia? hatiku sangat sakit," ujar wanita yang tak percaya dengan semua janji manis Taliban tentang hak-hak perempuan dan amnesti.

"Mereka bahkan  tak tahu apa-apa tentang hak, hak asasi manusia, hak perempuan, hak internasional, hukum, aturan, kebijakan."

Zarifa Ghafari di pemakaman ayahnya. (Facebook/Zarifa.Ghafari)

Penerima penghargaan International Woman of Courage dari Departemen Luar Negeri AS ini sempat menyebut keinginannya untuk kembali ke rumah yang dulu bisa memberinya sedikit rasa nyaman dan aman.

“Itu adalah rumah sewa, tapi itu masih rumah saya, saya bekerja untuk itu."

"Saya memiliki kamar tidur saya, barang-barang saya di sana, boneka beruang saya. Saya memiliki segalanya di sana. Saya tidak yakin apakah saya bisa kembali bahkan sekali”.


#Ibu kota Kabul #Walikota perempuan Afghanistan #Taliban di Afghanistan #Konflik afghanistan dan Taliban

 

0 Response to "Wali Kota Wanita di Afghanistan Bertahan: Saya Tidak Khawatir Tapi Saya Menunggu Dibunuh Taliban"

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel